Pasang Iklan

ARTI LAMBANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Lambang Provinsi Kalimantan Barat




Lambang Daerah Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah TK I Kalimantan Barat No 4 Tahun 1964, Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat No. 2 Tahun 1967 tanggal 23 Mei 1967.

Lambang secara keseluruhan bersudut lima Perisai, Mandau dan Keris dengan satu garis melintang di tengahnya.
Bersudut lima berarti Pancasila, dimaksudkan Kalimantan Barat adalah bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila.

Warna dasar hijau muda adalah lambang kesuburan.

Perisai, Mandau dan Keris adalah lambang pusaka dan kebudayaan warisan leluhur masyarakat Kalimantan Barat.

Padi dan Kapas bersimpul pita dengan sudut empat adalah lambang kemakmuran yang dijiwai oleh semangat catur karsa (em pat kehendak) yaitu : kesungguhan, kejujuran, gotong-royong dan kekeluargaan.

Jumlah unsur kapas (17), nyala api (8), padi (45) adalah lambang lahirnya Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Garis melintang ditengah-tengah adalah lambang bentangan Khatulistiwa tepat pada garis Equator.

Kobaran api dalam tungku adalah lambang semangat perjuangan yang tak kunjung padam.

Tulisan AKCAYA adalah lambang Tak Kunjung Binasa atau dengan keuletan yang pantang menyerah



Lambang Kota Pontianak





Kota Pontianak didirikan dengan permohonan Ridho Tuhan Yang Maha Esa pada tanggal 23 Oktober 1771 dibawah Garis Khatulistiwa didaerah tiga cabang sungai, mempunyai hasil dasar Karet dan Kelapa dengan sifat – sifatnya yang terpuji, menuju masyarakat adil dan makmur berlandaskan Pancasila sesuai dengan Falsafah Negara Republik Indonesia.
Lambang Kota Pontianak digambarkan sebagai berikut:
  • Bentuk Lambang berupa bulatan Kubah
  • Pada sisi sebelah kanan 23 lembar daun Karet dan di sisi kiri 10 lembar daun Kelapa
  • Diantara daun-daun tersebut menyinar dari bawah keatas 5 sinar dan pangkal sinar ditulis angka 1771
  • Ditengah-tengah melintang garis Khatulistiwa diatas sungai bercabang tiga
  • Tulisan KOTA PONTIANAK membentang dari pangkal daun Karet sampai kepangkal daun Kelapa
Bentuk dari keseluruhan Lambang Daerah ialah bulatan Kubah bertumpu pada pita bertulisan KOTA PONTIANAK, yang berarti KOTA PONTIANAK didirikan dengan ditandai berdirinya sebuah Masjid sebagai lambang Keagungan Tuhan Yang Maha Esa.


Lambang Kota Singkawang




Lambang Kota Singkawang diambil dari berbagai potensi, dengan makna yaitu :
a. Makna Warna :
- Merah : Keberanian
- Putih : Kesucian
- Hijau : Kesuburan
- Biru : Ketentraman
- Kuning : Keluhuran dan Keagungan
b. Makna Gambar :
  • Bintang, Ketuhanan Yang Maha Esa
  • Padi dan Kapas, Kesejahteraan dan Kemakmuran, merupakan tujuan seluruh masyarakat Kota Singkawang
  • Rantai dan Roda Gigi, Persatuan dan Kesatuan dalam roda pembangunan
  • Gunung, Keteguhan dan Kekokohan
  • Laut, Wawasan dan Pandangan yang luas
  • Tugu, Tonggak bersejarah perjuangan Kota Singkawang
  • Pita Bertuliskan “Kota Singkawang”, melambangkan identitas Kota Singkawang
  • Jumlah Padi dan Kapas serta Angka 2001, melambangkan Peresmian Pembentukan Kota Singkawang tanggal 17 Oktober 2001, yang dijadikan Hari Jadi Kota Singkawang
  • Buku, melambangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Peraturan perundang-undangan
  • Tulisan “Bersatu Untuk Maju”, melambangkan Motto Kota Singkawang
Lambang Kabupaten Pontianak






Lambang Kabupaten Sambas





Lambang Kabupaten Sanggau







Lambang Kabupaten Sintang




Lambang Kabupaten Sekadau



Lambang Kabupaten Kapuas Hulu






Lambang Kabupaten Ketapang






Lambang Kabupaten Kubu Raya






Lambang Kabupaten Kayong Utara






Lambang Kabupaten Melawi






Lambang Kabupaten Landak






Lambang Kabupaten Bengkayang





MOBIL INTERNET KELILING HADIR DI KALIMANTAN BARAT





Kalimantan Barat kini telah memiliki 77 unit mobil pusat pelayanan internet keliling .
"Mobil pusat pelayanan internet keliling itu merupakan program dari Kementerian Kominfo dan wilayah yang menjadi prioritas awal mendapatkan fasilitas itu, Kalimantan Barat," kata Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kalimantan Barat Yuslizan Arif .

Tanggal 15 September kemarin, Fasilitas tersebut sudah diberikan kepada Pemerintah Kalbar dengan tahap awal sebanyak 38 mobil. "Untuk kekurangannya kita belum tahu pasti akan disampaikan, kemungkinan akhir tahun 2011 atau awal tahun 2012," kata Arif.

Dia menjelaskan, Mobil pusat pelayanan internet keliling itu merupakan mobil yang dilengkapi fasilitas internet seperti server, televisi, telepon, dan komputer.
" Semoga dengan adanya Mobil Internet Keliling Hadir di Kalimantan Barat , Kita khusunya wilayah Indonesia lainnya semakin bisa meningkatkan serta mengembangkan SDM di Indonesia agar lebih mampu bersaing dengan Negara Maju lainnya "

"Jika sudah diketahui berapa keperluan kabupaten/kota atas mobil tersebut, maka nantinya pemerintah provinsi Kalimantan Barat akan memberikannya kepada pemerintah daerah," tuturnya.

Mengingat Fasilitas mobil internet itu dilakukan secara bertahap, maka pemerintah Kalbar akan memprioritaskan daerah yang benar-benar memerlukan, seperti daerah perbatasan dan daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh internet.

Sumber : Republika

150 DAFTAR NAMA ORANG TERKAYA DI INDONESIA DAN URUTAN PERINGKATNYA





1. Budi Hartono, 67, Djarum, US$ 6,8 Milyar.
2. Eka Tjipta Widjaja, 85, Sinar Mas, US$ 3,8 Milyar.
3. Sudono Salim, 93, Salim Group, US$ 3,04 Milyar.
4. Putera Sampurna, 60, Sampoerna Capital, US$ 2,42 Milyar.
5. Rachman Halim, 61, Gudang Garam, US$ 2 Milyar.
6. Sukanto Tanoto, 58, Raja Garuda Mas, US$ 1,43 Milyar.
7. Eddy William Katuari, 57, Wings Group, US$ 1,21 Milyar.
8. Prajogo Pangestu, 57, Barito Pasific, US$ 1,2 Milyar.
9. Aburizal Bakrie, 61 Tahun, Bakrie Group, US$ 1,1Milyar.
10. Murdaya Poo, 67, Berca, US$ 1,1 Milyar.

11. Hary Tanoesoedibjo, 43, Global MediaCom, US$ 1,1 Milyar.
12. Martua Sitorus, 48, Wilmar International Holding, US$ 1,1 Milyar.
13. Arifin & Hilmi Panigoto, 63/53, Medoc, US$ 1,05 Milyar.
14. Hashim Djojohadikusumo, 54, Tirtamas Comexindo, US$ 1,05 Milyar.
15. Peter Sondakh, 56, Rajawali Group, US$ 1 Milyar.
16. Edwin Soeryadjaya, 59, Saratoga Investama, US$ 810 Juta.
17. Boenjamin Setiawan, 75, Kalbe Farma, US$ 760 Juta.
18. Mochtar Riady, 79, Lippo Group, US$ 731 Juta.
19. Osbert Lyman, 58, Satya Djaja Raya, US$ 680 Juta.
20. Trihatma Haliman, 56, Agung Podomoro, US$ 675 Juta.

21. Teddy P. Rachmat, 64, Triputra Group/Adaro, US$ 654 Juta.
22. Chairul Tanjung, 46, Para Group, US$ 610 Juta.
23. Husain Djojonegoro, 59, ABC Group, US$ 605 Juta.
24. Ciputra, 77, Ciputra Development, US$ 600 Juta.
25. Aksa Mahmud, 63, Bosowa Group, US$ 599 Juta.
26. Tommy Winata, 57, Agung Sedayu Group, US$ 529 Juta.
27. Sjamsul Nursalim, 66, Gajah Tunggal, US$ 508 Juta.
28. Rusdi Kirana, 45, Lion Air, US$ 492 Juta.
29. Dasuki Angkosubroto, 78, Gunung Sewu Group, US$ 460 Juta.
30. Kartini Mulyadi, 78, Tempo Scan Pasific, US$ 440 juta.

31. Paulus Tumewu, 56, Ramayana, US$ 420 juta.
32. Jan Darmadi, 67, Darmadi Corp., US$ 420 Juta.
33. George & Sjakon Tahija, 50/55, Austindo Energy, US$ 419 Juta.
34. Martias, 70, First Resources, US$ 410 juta.
35. Eka Tjandranegara, 61, Mulia Group, US$ 405 Juta.
36. Sri Prakash Lohia, 56, Indorama, US$ 405 Juta.
37. Eddy Sariaatmadja, 56, SCTV, US$ 400 Juta.
38. Kiki Barki, 59, Tanito Harum, US$ 390 Juta.
39. Teddy Thohir, 73, Trinugraha Tohir, US$ 385 Juta.
40. Tan Siong Kie, 92, Rodamas Group, US$ 375 Juta.

41. Gunawan Jusuf,54, Sugar Group, US$ 370 Juta.
42. Bachtiar Karim, 51, Musim Mas, US$ 360 Juta.
43. Alexander Tedja, 62, Pakuwon, US$ 358 Juta.
44. Mu’min Ali Gunawan, 69, Panin, US$ 355 Juta.
45. Jakob Oetama, 77, Kompas Gramedia, US$ 348 Juta.
46. Hadi Surya, 72, Berlian Laju Tanker, US$ 334 Juta.
47. A.H.K. Hamami, 72, Trakindo Utama, US$ 330 Juta.
48. Subianto Tjandra, 64, Atedja Group, US$ 330 Juta.
49. Soetjipto Nagaria, 68, Summarecon, US$ 305 Juta.
50. Sofjan Wanandi, 64, Gemala & Santini Group, US$ 304 Juta.

51. Sudwikatmono, 73, Indika Group, US$ 300 Juta.
52. Tan Kian, 50, Dua Mutiara, US$ 290 Juta.
53. Sutanso Djuhar, First Pasific, US$ 288 Juta.
54. Soegiarto Adikoesoemo, 63, Aneka Kimia Raya, US$ 280 Juta.
55. Yos Sutomo, 74, Sumber Mas, US$ 280 Juta.
56. Adyansyah Masrin, 88, Lautan Luas, US$ 275 Juta.
57. Kris Wiluan, 58, Citra Mas Group, US$ 267 Juta.
58. Tatang Hermawan, 57, Fuji Palapa Textile, US$ 265 Juta.
59. Benjamin Jiaravanon, 37, Charoen Pokphand Indonesia, US$ 260 Juta.
60. Rudy Suliawan, 57, Mid Plaza, US$ 260 Juta.

61. Hutomo Mandala Putra,46, Humpuss, US$ 253 Juta.
62. Handojo Santosa, 44, Ometraco, US$ 252 Juta.
63. Sandiaga Uno, 39, Saratoga Capital, US$ 245 Juta.
64. The Nin King, 76, Argo Pantes Group, US$ 240 Juta.
65. Didi Darwis, 62, Ling Brothers, US$ 240 Juta.
66. Henry Onggo, 75, Ratu Sayang Group, US$ 235 Juta.
67. Burhan Uray, 80, Djajanti Timber, US$ 221 Juta.
68. Suryadi Darmadi, 58, Duta Palma Group, US$ 220 Juta.
69. Honggo Wendratno, 60, Tirtamas Group, US$ 220 Juta.
70. Ginawan Tjondro, 54, CNI, US$ 200 Juta.

71. Dahlan Iskan, 57, Jawa Pos, US$ 190 Juta.
72. Djoenardi Joesoef, 75, Konimex, US$ 185 Juta.
73. Jogi Hendra Atmadja, 62, Mayora, US$ 184 Juta.
74. Luntungan Honoris, 59, Modern Group, 180 Juta.
75. Bambang Trihatmodjo, 55, Global MediaCom, US$ 176 Juta.
76. Yusuf Merukh, 72, Merukh Enterprises, US$ 174 Juta.
77. Soegiharto Sosrodjoyo, 74, Sosro, US$ 172 Juta.
78. Siswono Yudohusodo, 65, Bangun Cipta Sarana, US$ 170 Juta.
79. Muljadi Budiman, 52, Honda Prospect, US$ 168 Juta.
80. Oesman Sapta Odang, Oso International Group,US$ 165 Juta


81. Johannes Kotjo, 62, Apac Centertex, US$ 162 Juta.
82. Edi Tan, 62, Bandung Investments, US$ 156 Juta.
83. Rudy Unjoto,59, Daliatex Kusuma, US$ 155 Juta.
84. A Tong, 61, Roda Vivatex, US$ 150 Juta.
85. Mardjoeki Atmadiredja, 71, Surya Toto Indonesia, US$ 149 Juta.
86. Sudhamek, 52, Garudafood, US$ 147 Juta.
87. Jusuf Kalla, 66, Haji Kalla, US$ 145 Juta.
88. Airlangga Hartarto, 46, Fajar Wisesa, US$ 144 Juta.
89. Sri Sultan Hamengkobuwono, 67, Sultan of Yogyakarta, US$ 143 Juta.
90. Ibrahim Risjad, 74, Risjadson, US$ 142 Juta.

91. Basuki Wiwoho, 61, Tripatra Engineering, US$ 140 Juta.
92. Cahyadi Kumala, 63, Bukit Sentul, US$ 140 Juta.
93. Djoko Susanto, 58, Alfa Retailindo, US$ 135 Juta.
94. Sendi Bingei, 79, Sumatera Tobacco, US$ 135 Juta.
95. Pontjo Sutowo, 58, Nugra Sentana Group, US$ 134 Juta.
96. Budi Purnomo Hadisurjo, 71, Optik Melawai, US$ 132 Juta.
97. Sigit Harjojudanto, 57, Humpuss, US$ 132 Juta.
98. Benny Subianto, 65, Persada Capital, US$ 130 Juta.
99. Ana Bambang Matofani, 57, Kirana Tanker, US$ 129 Juta.
100. G. Lukman Pudjiadi, 51, Jayakarta Group, US$ 128 Juta.

101. Tan Tjai Kie, 54, Gunung Garuda Steel, US$ 126 Juta.
102. Sukamdani Gitosardjono, 80, Sahid Group, US$ 125 Juta.
103. Alim Markus, 57, Maspion Group, US$ 120 Juta.
104. Iskandar Widyadi, 71, Bank Jasa Jakarta, US$ 120 Juta.
105. Susanto Lim, 53, Domba Mas Group, US$ 120 Juta.
106. Widarto, 63, Sungai Budi, US$ 118 Juta.
107. Soedjono, 59, Wirasakti Adimulya, US$ 110 Juta.
108. Mintarjo Halim, 53, Sandratex, US$ 110 Juta.
109. Hendry Pribadi, 61, Napan Group, US$ 105 Juta.
110. Surya Djuhadi, 74, Nojorono, US$ 105 Juta.

111. Benny Suherman, 61, Studio 21, US$ 105 Juta.
112. Ilham & Tareq Habibie, 45/43, Ilthabi Rekatama, US$ 105 Juta.
113. Siti Hardijanti Rukmana, 59, Citra Lamtoro Gung, US$ 102 Juta.
114. Setiawan Djody, 59, Setdco Group, US$ 102 Juta.
115. GS Margono, 70, Gapura Prima, US$ 100 Juta.
116. Raam Punjabi, 65, Multivision Plus, US$ 100 Juta.
117. MS Hidayat, 55, MSH Group, US$ 100 Juta.
118. Jahja Santosa, 63, Sanbe Farma, US$ 100 Juta.
119. John Chuang, 59, Petra Foods Group, US$ 99 Juta.
120. Suryadharma Paloh, 57, Indo Cater & Media Group, US$ 98 Juta.

121. Ishack Charlie, 54, Kurnia Tetap Mulia, US$ 98 Juta.
122. Atang Latief, 70, Group Atang Latief, US$ 97 Juta.
123. Karmaka Surjaudaja, 82, NISP, US$ 97 Juta.
124. Dick Gelael, 74, Fast Food Indonesia, US$ 97 Juta.
125. Marimutu Maniwanen, 53, Busana Apparel, US$ 95 Juta.
126. A Siang Rusli, 46, Kurnia Tetap Mulia, US$ 95 Juta.
127. Hendro Setiawan, 55, Pikko Group, US$ 95 Juta.
128. Joe Kamadi, 72, Datascrip, US$ 95 Juta.
129. Benjamin Suriadjaja, 78, Surya Internusa, US$ 93 Juta.
130. Jacobus Busono, 68, Pura Group, US$ 90 Juta.

131. Bambang Setijo, 59, Pan Brothers, US$ 90 Juta.
132. Mulyadi, 63, Gunung Geulis, US$ 88 Juta.
133. Purnomo Chandra, 61, Blue Bird, US$ 87 Juta.
134. Sugiono Wiyono, 56, Trikomsel, US$ 87 Juta.
135. Hendro Gondokusumo, 59, Dharmala Intiland, US$ 87 Juta.
136. Fajar Suhendra, 56, Sumatera Growth, US$ 86 Juta.
137. Putra Masagung, 48, Gunung Agung, US$ 85 Juta.
138. Usman Admajaya, 63, Former Bank Danamon Owner, US$ 85 Juta.
139. Rosan Roeslani, 39, Recapital Investment, US$ 85 Juta.
140. Boedi Mranata, 56, Adiputra Mranata Jaya, US$ 81 Juta.

141. Rahmat Gobel, 45, Gobel International, US$ 80 Juta.
142. Husein Sutjiadi, 54, Davomas, US$ 80 Juta.
143. Kaharudin Ongko, 71, Ongko Group, US$ 78 Juta.
144. Johannes Siegfried, 43, Deli Indah Perkasa, US$ 75 Juta.
145. Rachmat Mulia Suryahusada, 59, Bank Bumi Artha, US$ 75 juta.
146. Supramu Santosa, 60, Star Energy, US$ 75 Juta.
147. Husen Lumenta, 63, Himalaya Tunas Texindo, US$ 71 Juta.
148. Shanti Posposoetjipto, 60, Ngrumat Bondo Utomo, US$ 68 Juta.
149. Awong Hidjaja, 57, Panasia Indosyntec, US$ 67 Juta.
150. Probosutejo, 78, Mercu Buana Group, US$ 66 Juta.



40 Orang Terkaya Indonesia Versi Majalah Forbes

1. R.Budi (69) dan Michael Hartono (71) dengan penghasilan 11 miliar dolar AS. Keduanya pewaris perusahaan rokok Djarum. Selain itu mereka mendapat pemasukan besar dari Bank Central Asia dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.

2. Susilo Wonowidjojo (54) dengan penghasilan delapan miliar dolar AS. Pemimpin pabrik rokok Gudang Garam milik keluarganya. Selain dari pabrik rokok, penghasilannya juga berumber dari perusahaan minyak kelapa sawit.


3. Eka Tjipta Widjaja (87) dengan penghasilan enam miliar dolar AS. Lebih dari separuh kekayaan ayah dari 15 anak ini berasal dari bisnis minyak sawit Golden Agri-Resources yang dijalankan anaknya, Franky.


4. Martua Sitorus (50) dengan penghasilan 3,2 miliar dolar AS. Ayah dari empat anak ini adalah pimpinan Wilmar International, pedagang minyak sawit besar di Asia.

5.Anthoni Salim (61) dengan penghasilan tiga miliar dolar AS. Dia pemimpin perusahaan keluarga Salim Group.

6. Sri Prakash Lohia (58) dengan penghasilan 2,65 miliar dolar AS. Orang India yang kini menjadi warga negara Indonesia dan mengendalikan Indorama Syntetics, pabrik poliester terbesar di Indonesia.


7. Low Tuck Kwong (62) dengan kekayaan 2,6 miliar dolar AS. Penghasilan pria kelahiran Singapura yang sekarang memiliki dua anak ini bersumber dari perusahaan batubara Bayan Resources.


8. Peter Sondakh (58) dengan penghasilan 2,4 miliar dolar AS.


9.Putera Sampoerna (63) dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS.


10. Aburizal Bakrie (64) dengan penghasilan 2,1 miliar dolar AS, utamanya dari batubara. Kekayaan Ical--nama sapaannya-- turun 0,4 miliar dari tahun lalu. Tahun 2009 kekayaannya 2,5 miliar dolar AS dan berada pada peringkat empat daftar 40 orang terkaya Indonesia.


11. Kiki Barki (71) dengan kekayaan 1,7 miliar dolar AS, utamanya dari bisnis batubara dari perusahaannya, Harum Energy.

12. Eddy William Katuari (59) dengan kekayaan 1,65 miliar dolar AS. Dia pemilik produsen barang konsumsi Wings Group.

13. Edwin Soeryadjaya (61) dengan penghasilan 1,6 miliar dolar AS. Pendapatannya bersumber dari perusahaan ekuitasnya, Saratoga Capital, yang banyak bergerak di bidang pertambangan batubara.

14. Boenjamin Setiawan (77) dengan kekayaan 1,5 miliar dolar AS. Dia salah satu pendiri Kalbe Farma.

15. Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Tohir (45) dengan kekayaan 1,45 miliar dolar AS. 16. Konglomerat Sukanto Tanoto (60) dengan kekayaan 1,4 miliar dolar AS.


17. Theodore Rachmar (67) dengan penghasilan 1,35 miliar dolar AS. Dia memulai karir dari Astra dan sekarang terlibat di Adaro Energy.


18. Pemilik Para Group Chairul Tanjung (47) dengan kekayaan 1,25 miliar dolar AS.

19. Pendiri cEntral Cipta Murdaya,Murdaya Poo (69), dengan penghasilan 1,15 miliar dolar AS.

20. Ciliandra Fangiono (34) dengan penghasilan 1,1 miliar dolar, utamanya dari bisnis minyak kelapa sawit.


21. Benny Subianto (68) dengan kekayaan 1,05 miliar dolar AS.


22. Arifin (65) dan Hilmi (55) Panigoro dengan kekayaan 985 juta dolar AS.


23. Sjamsul Nursalim (69) dengan kekayaan 850 juta dolar AS.


24. Agus Lasmono Sudwikatmono (34) dengan kekayaan 845 juta dolar AS.


25. Kartini Muljadi (80) dengan kekayaan 840 juta dolar AS.


26. Tahir (58) dengan kekayaan 805 juta dolar AS.


27. Sandiaga Uno (41) dengan kekayaan 795 juta dolar AS, utamanya dari perusahaan tambang batubara.


28. Pendiri Lippo Group, Mochtar Riady (81), dengan penghasilan 730 juta dolar AS.


29. Ciputra (79) dengan penghasilan 725 juta dolar AS, utamanya dari perusahaan properti Ciputra Group.


30. Hashim Djojohadikusumo (56) dengan penghasilan 680 juta dolar AS.


31. Harjo Sutanto (84), salah satu pendiri Wings Group, dengan kekayaan 675 juta dolar AS.


32. Trihatma Haliman (58) dari Agung Podomoro, dengan kekayaan 600 juta dolar AS.


33. Pengusaha media, Hary Tanoesoedibjo (45), dengan kekayaan 595 juta dolar AS.

34. Pendiri Lion Air, Kusnan (51) dan Rusdi Kirana (47), dengan penghasilan 580 juta dolar AS.

35. Wiwoho Basuki Tjokronrgoro (71) dengan kekayaan 575 juta dolar AS.


36. Engki Wibowo (59) dan Jenny Quantero (58) dengan kekayaan 560 juta dolar AS.


37. Husain Djojonegoro (61) dari produsen barang konsumsi ABC Group dengan kekayaan 545 juta dolar AS.

38. Eka Tjandranegara (64) dengan kekayaan 525 juta dolar AS.


39. Sutanto Djuhar (81) dengan kekayaan 490 juta dolar AS.


40. Prajogo Pangestu (59) dengan kekayaan 455 juta dolar AS.












Keyword
150 Orang Terkaya di Indonesia
Daftar 150 Orang Terkaya di Indonesia
Nama Nama Orang Terkaya di Indonesia
Nama Nama Pengusaha Terkaya di Indonesia
40 Orang Terkaya di Indonesia
Peringkat Orang Terkaya di Indonesia
Urutan Orang Terkaya di Indonesia

PRAJOGO PANGESTU PENGUSAHA HEBAT ASAL KALIMANTAN BARAT


Majalah Far Eastern Economic Review menamainya “Lord of the Forest” alias “Raja Kayu”. Kayu dan hutan memang menjadi bisnis utamanya, bisnis yang besar dan luas. Kisah bisnis Prajogo Pangestu adalah “Kisah Ala Cinderella”. Bermula sebagai penjual ikan asin di Singkawang, Kalimantan Barat, dia melesat bak meteor menjadi taipan penguasa Grup Barito Pacific International, Induk dari 120 perusahaan dengan kepak sayap bisnisnya meliputi Sumatra Selatan sampai Irianjaya.
Beliau Juga sempat masuk kedalam peringkat 9 orang terkaya di Indonesia yang dirilis oleh majalah Globe Asia pada tahun 2010. Dan hingga kini beliau masih menempati peringkat 40 Orang terkaya di Tanah Air Indonesia.

Lahir 57 tahun silam di Sungai Betung, Kalimantan Barat, Yang letaknya tidak jauh dari Kota Singkawang. Dia adalah anak seorang penyadap getah karet bernama Phang Siu On.

Kehidupan yang sulit dan miskin menghantui masa kecil Prajogo. Merasa tidak cukup menghidupi keluarga dari hanya menyadap getah, Phang kemudian alih profesi sebagai tukang jahit di Pasar Sungaibetung. Oleh ayahnya, Prajogo kecil diberi nama Phang Djun Phen, yang dalam mitologi suku Khek “Orang Cina di Taiwan” berarti “burung besar terbang tinggi menguak awan mendung”. Nama ini juga merupakan doa orang tuanya agar anak laki-lakinya itu dapat mengatasi mendung kemiskinan keluarga.
Phang Djun Phen atau A Phen “demikian nama kecil Prajogo” hanya tamat sekolah menengah pertama di SMP Nan Hua, sekolah berbahasa Mandarin di Singkawang. Selepas sekolah, A Phen mengadu peruntungan di Jakarta, tetapi nasib mujur belum berpihak kepadanya. Dia gagal, dan kembali ke Kalimantan. Di kampung halamannya, A Phen mengadu nasib di atas roda. Ia menjadi sopir angkutan umum yang melayani trayek Singkawang-Pontianak. Tidak lama menjadi “Raja Jalanan”, A Phen memulai usaha kecil-kecilan. Ia berjualan keperluan dapur, bermacam-macam bumbu dan ikan asin.

Nasib baik mulai mengantar Prajogo ke tangga sukses sejak pertengahan tahun 1960-an. Dia berkenalan dengan Bong Sun On, orang Serawak, Malaysia, yang masuk ke Indonesia lewat Pontianak ketika deras-derasnya penyelundupan kayu ke Malaysia. Di sini Bong benar-benar memetik “dolar hijau” ketika penebangan hutang besar-besaran masih menganut sistem persil dan petak rakyat. Sistem ini membuat pemerintah kesulitan mengawasi manipulasi jumlah tebangan.

Nama Prajogo mulai dikenal orang ketika pada 1975. Pada saat Bong Sun On “ Atau yang lebih dikenal dengan Burhan Uray” memindahkan perusahaannya, PT Djajanti, dari Pontianak ke Banjarmasin. Burhan mengangkat Prajogo menjadi General Manager PT Nusantara Plywood di Surabaya. Baru setahun di situ, Prajogo meninggalkan perusahaan bosnya. Dia sudah merasa cukup ilmu untuk berdiri sendiri, apalagi sebelumnya ia sudah banyak belajar seluk-beluk masalah hutan dari para ahli Malaysia yang didatangkan Djajanti.

Dia memulai perusahaannya sendiri pada 1976, ketika membeli perusahaan CV Pacific Lumber Coy, yang sedang mengalami kesulitan keuangan akibat turunnya harga kayu log. Pacific Lumber sebelumnya milik Obos, pengusaha kayu asal Barito Selatan. Prajogo kemudian mengubah Pacific Lumber menjadi Barito Pacific Coy. Dari sini Barito berkembang. Ayunan kapaknya membabat gelondongan-gelondongan kayu di hutan Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Maluku, dan Sumatra Selatan.

Menurut sebuah sumber TEMPO di Departemen Kehutanan, sukses Barito tidak lepas dari mengelola hak pengusahaan hutan (HPH) gelap yang digarap Prajogo di Kalimantan Timur.
HPH gelap yang dimaksud adalah milik PT Panambangan di Kalimantan, yang forestry agreement-nya ditandatangani sejak 1970, dan mendapatkan SK HPH pada 1972 untuk pengelolaan selama 20 tahun. Pengurus PT Panambangan adalah keluarga dekat Soeharto. Saham PT Panambangan dimiliki oleh sepupu Soeharto, Soekamdani Sahid Gitosardjono, lewat Yayasan Mangadeg, sebuah yayasan yang didirikan untuk mengurusi makam klan Soeharto di Desa Bendogerit, Astana Giribangun, Solo. Para pemegang saham lainnya adalah istri Soekamdani, Ny. Juliah, mantan Menteri Kehutanan Sujarwo, Prapto H. Tjitrohupoyo, dan koperasi karyawan perusahaan itu.

Di era Soeharto, hak pengelolaan hutan memang telah dikapling-kapling serta dibagi-bagikan kepada kerabat serta “pangeran-pangeran”-nya, terutama di kalangan militer. Namun, seperti tampak kemudian, hak pengelolaan itu tidak disertai keseriusan mengelolanya. Dalam banyak kasus, operasi pengelolaan hutan diserahkan kepada orang lain, meski itu sebenarnya melanggar Undang-Undang Pokok Kehutanan No. 5 Tahun 1967, yang melarang pemindahtanganan konsesi HPH. Tapi, siapa mau melawan kerabat Soeharto dan para jenderal? Orang seperti Prajogo diuntungkan oleh sistem itu. Mereka memang harus bekerja lebih keras dibanding pemilik HPH sebenarnya, tapi mereka juga mendapatkan kemudahan karena telah “membantu” kerabat serta pangeran Istana.

Kemudahan bisa berarti banyak hal. Salah satunya adalah, menurut sumber tadi, menyelundupkan kayu ke Malaysia dengan rekanan lokal. Haji Sulaiman disebut sebagai orang kepercayaan Prajogo untuk mengangkut kayu-kayu selundupan ke Malaysia pada pertengahan 1970-an, ujar sumber tadi. Haji Sulaiman, yang sekarang menjadi anggota MPR utusan daerah Kalimantan Selatan, membantah tudingan. Pendiri klub sepak bola Barito Putera itu memang mengaku sudah berbisnis dengan Prajogo sejak 1976. Ia menjadi kontraktor penarikan kayu-kayu log dari hutan di pedalaman sampai ke Banjarmasin. “Saya memang memiliki usaha penarikan kayu, dengan rakit dan kapal kecil. Kalau ke Malaysia, itu harus menggunakan kapal besar. Itu fitnah,” katanya.

Sepak terjang Prajogo tidak tersentuh hukum. Siapa yang berani menyentuh rente bisnis di lingkungan dekat presiden kala itu. Walaupun demikian, bisnisnya sempat limbung lantaran pemerintah mengeluarkan peraturan melarang ekspor kayu gelondongan pada 1980. Namun, Prajogo cepat dapat mengatasinya dengan membangun perusahaan pengolahan kayu, setelah berhasil menggaet pinjaman dari Credit Lyonais Bank Prancis sebesar 150 juta franc. Dengan pinjaman itulah Prajogo membangun pabrik sawmill dan plywood, yang menjadi cikal-bakal Barito Pacific Timber (BPT). Dan kali ini Prajogo sukses sebagai produsen dan eksportir plywood terbesar di dunia.

Sejalan dengan kemajuan usahanya, Prajogo semakin memperbaiki hubungannya dengan Keluarga Cendana. Sementara sebelumnya ia hanya dekat dengan paman dari anak-anak Soeharto, Prajogo pun mulai langsung mendekati putra-putri Presiden. Bersama dengan putri tertua Presiden, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut, Prajogo berkongsi dalam perusahaan-perusahaan yang bermarkas di Sumatra seperti PT Enim Musi Lestari, Perkebunan Hasil Musi Lestari, dan Gandaerah Hendana, pada pertengahan 1980-an. Juga pada 1991, mereka mendirikan perusahaan PT Musi Hutan Persada.

Selain dengan Tutut, Prajogo juga berkongsi dengan Bambang Trihatmodjo, bos Grup Bimantara, mendirikan pabrik bubur plastik Chandra Asri di Cilegon, Jawa Barat, dan Bank Andromeda pada 1990. Dari hanya usaha kayu, kini Prajogo merambah ke manufaktur dan industri keuangan. Dia masuk ke lingkungan yang paling inti dari kekuasaan Soeharto. Prajogo bahkan sering tampak menemani Soeharto bermain golf dengan membawakan tongkatnya. Ibarat dereten kartu domino, akibat terlalu dekat dengan keluarga Soeharto, bisnis Prajogo menuai masalah begitu pemimpin Orde Baru itu jatuh. Namun, Prajogo “si Burung Besar” lihai membaca tanda-tanda zaman. Ia memerlukan cantelan politik baru. Kali ini kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Belum lama berselang, Presiden Abdurrahman melindungi Prajogo dengan pernyataannya untuk menunda penyidikan terhadap sang Konglomerat, dan menyebutnya sebagai aset negara yang telah membuka lapangan kerja dan menambah nilai ekspor.

Tapi, Nasib Prajogo seperti dipertaruhkan di meja judi kini. Muncul desakan lebih kuat untuk menuntut para koruptor dan pengusaha yang berselingkuh dengan mereka ke meja hijau. Dan Presiden Abdurrahman, yang terdesak oleh musuh-musuhnya di parlemen, kini harus mengeluarkan kartu pamungkas: dia memilih seorang jaksa agung baru, Baharuddin Lopa, yang lebih keras sikapnya dari pendahulunya, dan kemungkinan besar melepaskan perlindungan terhadap Prajogo. Adalah Lopa yang mengirim Bob Hasan ke penjara maksimum Nusakambangan.


Kisah Proyek Menara Jakarta

Konglomerat Prajogo Pangestu dan Henry Pribadi masih menjadi pemegang saham dalam proyek pembangunan Menara Jakarta. Bahkan Prajogo akan menjadi pemegang saham mayoritas pembangunan menara setinggi 558 meter tersebut.Pemegang sahamnya seperti Kompas Grup, Prajogo Pangestru, Henry Pribadi, ada dua lagi yang saya lupa namanya. Porsi Prayogo Pangestu yang paling besar,” kata Presiden Direktur Wiratman & Associates Multidiciplinary Consultants Wiratman Wangsadinata sebagai perancang Menara Jakarta, saat dihubungi detikFinance Jumat (4/12/2009)

Ia mengatakan Menara Jakarta ini kurang lebih akan menelan dana hingga kurang lebih Rp 5 triliun. Dimana menara setinggi 558 meter ini akan memiliki antena komunikasi setinggi 60 meter tepat diatas menara.”Pembangunannya bertahap selama paling lama 2 tahun,” katanya.
Proyek Menara Jakarta yang akan menjadi menara tertinggi di Indonesia dan salah satu yang tertinggi di dunia, akan kembali dibangun pengerjaan konstruksi pada Januari 2010. Jika tidak ada halang melintang, rencananya pada tahun 2012 menara setinggi 558 meter itu akan rampung.

Sebelumnya proyek menara Jakarta sudah menjadi buah bibir masyarakat,
namun sempat tertunda pengerjaannya karena krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997/1998 lalu.
Back To Top