Pasang Iklan

DANAU UBUR - UBUR TERBESAR DI DUNIA ADA DI PULAU BORNEO


Danau Kakaban, adalah air laut yang terperangkap di Pulau Kakaban, ditambah dengan air dari dalam tanah dan air hujan sejak 2 juta tahun lalu. Danau Kakaban merupakan danau prasejarah yaitu zaman peralihan Holosin. Luasnya sekitar 5 km², berdinding karang terjal setinggi 50 meter, yang mengakibatkan air laut yang terperangkap tidak lagi bisa keluar, menjadi danau. Secara administratif, Danau Kakaban termasuk wilayah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur


Pulau Kakaban Map
Karena perubahan dan evolusi yang cukup lama oleh air hujan dan air tanah, air danau ini kemudian menjadi lebih tawar dibandingkan laut yang ada di sekitarnya.

Perubahan ini berdampak juga pada adaptasi fauna laut yang ada di dalam danau itu. Ubur-ubur misalnya, karena terbatasnya makanan, akhirnya beradaptasi dengan melakukan simbiose mutualistis dengan algae. Algae adalah penghasil makanan dan harus memasak makanan dengan bantuan sinar matahari.
Selama ribuan tahun danau di tengah laut ini tentu saja menciptakan suatu ekosistem tersendiri yang sangat unik.

Kakaban

Danau unik ini memiliki empat jenis ubur-ubur, salah satunya adalah ubur-ubur jenis Cassiopea.
Cerita simbiosis ini sangat menarik. Ubur-ubur Pulau Kakaban, menempatkan algae pada bagian kakinya, karena ganggang berkepentingan untuk mendapatkan matahari sebagai sarana melakukan fotosistesa, sang ubur-ubur akhirnya berjalan terbalik, dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah. Cara berjalan yang unik inilah yang menarik para ilmuwan dan penyelam untuk mengetahui evolusi terhadap fauna laut yang akhirnya berperilaku aneh demi mempertahankan hidup mereka. Catatan para penyelam juga memberikan gambaran, hewan-hewan yang ada di danau ini mempunyai cahaya lebih berwarna warni ketika hari semakin gelap. Diduga, pada danau ini banyak akan dijumpai jenis-jenis baru.

Hanya dua di dunia
Di dunia, tempat seperti ini hanya dijumpai di Palau, Kepulauan Micronesia di kawasan Tenggara Laut Pasifik. Dengan demikian Pulau Kakaban merupakan satu-satunya pulau di Indonesia yang mempunyai danau di tengahnya.



Selain itu di pinggiran pantainya juga tumbuh hutan bakau, yang dihuni oleh banyak jenis kepiting, timun laut dan ular laut. Banyak sekali jenis-jenis hewan yang belum diidentifikasi di kawasan ini. Dr. Thomas Tomascik, seorang ahli kelautan berkebangsaan Kanada, mengatakan Pulau Kakaban merupakan surga kekayaan biologi yang ada di Indonesia. Misteri bagaimana hewan dan tumbuhan yang terisolasi dalam danau ini merupakan salah satu obyek yang sangat diminati oleh ilmuwan untuk diungkap. Karena itu laut ini memang pantas menjadi obyek konsevasi alam yang harusnya dilindungi dan dilestarikan.

Salah satu ungkapan yang menarik, bagaimana misalnya ada hewan-hewan laut yang sekarang tetap saja survive padahal kesadahan air di dalamnya sudah berubah total.

Pulau Kakaban dalam bahasa daerah adalah pulau yang “memeluk”‘. Jadi Pulau Kakaban artinyasebuah pulau yang memeluk danau“, termasuk di dalamnya adalah flora dan faunanya yang penuh keunikan.

EXOTICA SENTARUM LAKE IN WEST BORNEO - INDONESIA

Eksotika Danau Sentarum di Kalimantan Barat " Indonesia "


Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan.

Danau Sentarum sebagai danau musiman yang berada di taman nasional ini terletak pada sebelah cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari muara yang menuju laut Cina Selatan. Dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi yang mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut.

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).




Ikan Arwana
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya.
Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya.
Tetapi, pada saat musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan
mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil.
Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah
yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.



Kehidupan masyarakat yang berada di sekitar taman nasional yaitu suku Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan masih tradisional. Rumah panjang (Betang) yang dihuni oleh suku tersebut beragam besarnya, ada yang dihuni lima sampai delapan kepala keluarga dan ada yang dihuni 15 sampai 30 kepala keluarga. Rumah panjang yang dihuni 15 – 30 kepala keluarga, mempunyai panjang rata-rata 186 meter dan lebar 6 meter. Kehidupan di rumah betang memperlihatkan suatu kerukunan, kepolosan dan keramahtamahan suku tersebut, dan biasanya wisatawan akan disuguhi tarian dayak.

Beberapa lokasi obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi:
Bukit Lanjak, Nanga Kenelang dan Bukit Tekenang .
Melihat panorama danau, bersampan dan pengamatan satwa burung dan penelitian yang dilengkapi sarana laboratorium.


Cara pencapaian lokasi :
Cara pencapaian lokasi:Dari Kota Metro Pontianak Menuju Kekota Sintang dan melanjutkan perjalanan kekota kecil Semitau dengan menggunakan kendaraan roda empat sekitar 11 jam atau Sintang - Semitau menggunakan Longboat (bandong) ditempuh sekitar tujuh jam. Dari Semitau ke lokasi menggunakan perahu motor jurusan Lanjak. Pontianak - Putussibau dengan Pesawat Terbang sekitar dua jam dan dari Putussibau ke Nanga Suhaid dengan longboat sekitar tujuh jam.

Inspiration :
Taman Nasional Sentarum

LAN FANG MANDOR REPUBLIK TERTUA DI NUSANTARA SEBELUM LAHIRNYA NEGARA AMERIKA


Di Kalimantan Barat pada akhir abad ke 18, Clan Hakka (Kek) yang berasal dari daerah Kwantung (Kanton), Cina, membentuk komunitas dengan pemerintahan sendiri yang berbentuk seperti layaknya suatu Republik di Kalimantan Barat, tepatnya di Mandor. “Republik” ini bertahan selama 107 tahun dan mempunyai 10 Presiden. Presiden pertamanya adalah Lo Fong Pak (Low Lan Pak), ia lahir tahun 1738 di Kwangtung, Mei Hsien, distrik Shih Pik Pao pada tahun ketiga dinasti Ching. Ia mengawini seorang gadis dan mempunyai seorang putera. Menurut kebiasaan Hakka mereka tidak mengambil isteri selama perjalanannya keluar negeri.

Di usia 34 tahun, ia menuju Kalimantan Barat untuk ikut memburu emas (gold rush). Penguasa pada waktu itu, Sultan Panembahan, mendengar bahwa orang-orang dari Cina adalah pekerja-pekerja yang keras, maka ia mendatangkan 20 orang Tionghoa dari Brunei. Sultan Omar di Sambas juga mendengar tentang kerajinan orang Tionghoa dan menggunakan sistem penyewaan tanah untuk mendorong minat orang-orang Tionghoa berusaha di wilayahnya.


Awal tahun 1740 jumlah orang-orang Tionghoa di Kalimantan Barat hanya puluhan orang, dan tahun 1770 jumlah mereka telah mencapai sekitar 20.000 orang. Mereka yang merasa sedaerah atau sedarah kemudian mendirikan kongsi (perusahaan) untuk melindungi kepentingan dan diri mereka sendiri. Pada tahun 1776, empat belas kongsi bergabung bersama-sama membentuk Hesoon 14 kongsi untuk mendobrak kebuntuan yang diakibatkan oleh pengelompokkan yang berdasarkan daerah atau darah tersebut. Low Lan Pak kemudian mendirikan kongsinya sendiri. yaitu Lan Fang Kongsi dan berhasil menyatukan semua orang sukubangsa Hakka di daerah yang dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas), dan mereka kemudian mendirikan kota Mem-Tau-Er sebagai markas besar dari kelompok usaha mereka.

Kemudian Low Lan Pak membangun administrasi sebagaimana layaknya suatu pemerintahan dengan menggunakan nama perusahaannya. Pada tahun 1777 Low Lan Pak menyatakan berdirinya Republik Lan Fang. Pada waktu itu para pendukungnya ingin mengangkat Low Lan Pak menjadi sultan, namun ia menolak dan memilih jabatan yang sekarang setara dengan jabatan presiden di suatu republik. Ibukotanya berada di Leh Wan Li. Jabatan Ta Tang Chon (presiden) dipilih melalui pemilihan. Presiden dan Wakil Presiden harus dipegang orang Hakka dari Ka Yin atau Ta Pu. Benderanya adalah bendera kuning empat persegi panjang dengan kata-kata Lan Fang Ta Tong Chi. Panji kepresidenan berbentuk segi tiga berwarna kuning dengan kata Chuao (Jenderal). Pejabat tingginya berpakaian Cina, sedangkan yang jabatannya lebih rendah mengenakan pakaian ala barat. Berdasarkan catatan perusahaan Lan Fang, setiap tahunnya mereka membayar upeti kepada Dinasti Ching di Cina.







































LO FANG PAK mulai bertualang pada usia 34 tahun. Dia merantau ke Kalimantan Barat saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush), dengan menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir Vietnam, dan akhirnya berlabuh di Kalbar. Ketika itu Sultan Panembahan yang percaya bahwa orang Tionghoa adalah pekerja keras membawa 20 pekerja Tionghoa dari Brunei. Sultan Omar juga mendengar tentang ketekunan orang Tionghoa memanfaatkannya melalui sistem kontrak lahan kepada orang Tionghoa guna membuka kawasannya.

Ketika Lo Fang Pak sampai di Kalbar, Belanda belum secara agresif merambah ke Kalimantan. Di pesisir banyak didiami orang Jawa dan Bugis, yang mana daerah ini dikuasai oleh Sultan, dan bagian pedalaman didiami oleh orang Dayak, kendati batas teritorialnya tidak jelas.
Pada permulaan tahun 1740, jumlah orang Tionghoa hanya beberapa puluh saja di sana. Pada tahun 1770 orang Tionghoa sudah mencapai 20.000 orang. Mereka berdatangan berdasarkan pertalian saudara, sekampung halaman, atau sesama kumpulan. Kelompok Tionghoa ini membentuk Kongsi (perusahaan) untuk melindungi mereka. Lo Fang Pak diangkat menjadi ketua.

Pada tahun 1776, 14 Kongsi disatukan membentuk He Soon 14 Kongsi guna menjaga kesatuan dari ancaman persengketaan antar kumpulan, daerah asal, dan darah. Pada saat itu Lo Fang Pak mendirikan Lan Fang Kongsi, kemudian menyatukan semua orang golongan Hakka di daerah yang dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas), dan mendirikan kota Mem-Tau-Er sebagai markas besar dari group perusahaannya.

Pada masa itu Khun Tian (Pontianak) yang berlokasi di hilir Sungai Kapuas, merupakan daerah perdagangan yang penting dan dikuasai oleh Sultan Abdulrahman. Daerah hulu sungai dikuasai oleh orang Dayak. Usaha Sultan Mempawah yang bertetangga dengan Pontianak untuk membangun sebuah istana di hulu sungai menyebabkan pertikaian antara kedua sultan ini. Terjadilah perang antara kedua negeri itu. Sultan Abdulrahman meminta bantuan Lo Fong Pak. Karena istana tersebut dibangun dekat wilayah Lan Fong Kongsi, Lo Fong Pak akhirnya memutuskan untuk membantu Sultan Pontianak dan berhasil mengalahkan Mempawah. Sultan Mempawah yang dikalahkan bergabung dengan orang Dayak dan melakukan serangan balasan. Sekali lagi Lo Fong Pak berhasil mengalahkan Sultan Mempawah, sehingga mengungsi ke arah utara, yaitu Singkawang, dimana ia dan Sultan Singkawang (Sambas) menandatangani perjanjian damai dengan Lo Fong Pak. Peristiwa itu secara dramatis melambungkan popularitas Lo Fong Pak. Ketika itu dia berusia 57.

Sejak saat itu, orang-orang Tionghoa dan penduduk setempat mencari perlindungan kepada Lo Fong Pak. Kekuatan dan prestise Lo Fong Pak semakin meningkat. Ketika Sultan Pontianak menyadari tidak mampu melawan Lo Fong Pak, ia sendiri meminta perlindungan dari Lo Fong Pak. Lalu Lo Fong Pak mendirikan sebuah pemerintahan dengan menggunakan nama kongsinya, sehingga nama kongsinya menjadi nama republik, Republik Lan Fong, yang jika dihitung sejak tahun berdirinya, 1777, berarti sepuluh tahun lebih awal dari pembentukan negara Amerika Serikat (USA) oleh George Washington tahun 1787.

Ketika itu masyarakat ingin Lo Fong Pak menjadi Sultan, namun ia menolak dan memilih kepemerintahan seperti sistem kepresidenan. Lo Fong Pak terpilih melalui pemilihan umum untuk menjabat sebagai presiden pertama, dan diberi gelar dalam bahasa Mandarin “Ta Tang Chung Chang” atau Presiden. Konstitusi negeri itu menyebutkan bahwa posisi Presiden dan Wakil Presiden Republik tersebut harus dijabat oleh orang yang berbahasa Hakka.

Ibukota Republik Hakka ini adalah Tung Ban Lut (Mandor). “Ta Tang Chung Chang” (Presiden) dipilih melalui pemilihan umum. Menurut konstitusinya, baik Presiden maupun Wakil Presiden harus merupakan orang Hakka yang berasal dari daerah Ka Yin Chiu atau Thai Pu. Benderanya berbentuk persegi empat berwarna kuning, dengan tulisan dalam bahasa Mandarin “Lan Fang Ta Tong Chi”. Bendera presidennya berwarna kuning berbentuk segitiga dengan tulisan ‘Chuao’ (Jenderal). Para pejabat tingginya memakai pakaian tradisional bergaya China, sementara pejabat yang lebih rendah memakai pakaian gaya barat. Republik tersebut mencapai keberhasilan besar dalam ekonomi dan stabilitas politik selama 19 tahun pemerintahan Lo Fong Pak.

Dalam tarikh negara samudera dari Dinasti Qing tercatat adanya sebuah tempat dimana orang Ka Yin (dari daerah Mei Hsien) bekerja sebagai penambang, membangun jalan, mendirikan negaranya sendiri, setiap tahun kapalnya mendarat di daerah Zhou dan Chao Zhou (Teochiu) untuk berdagang. Sementara dalam catatan sejarah Lan Fong Kongsi sendiri terungkap bahwa setiap tahun mereka membayar upeti kepada Dinasti Qing seperti Annan (Vietnam).

Low Lan Pak dalam masa pemerintahannya telah menjalankan system perpajakan, dan Republik Lan Fang juga mempunyai kitab undang undang hukum, menyelenggarakan system pertanian dan pertambangan yang terarah, membangun jaringan transportasi, dan mengusahakan ketahan ekonomi berdikari, lengkap dengan perbankannya. Sistem pendidikan tetap diperhatikan bahkan semakin dikembangkan, karena Low Lan Pak sendiri asalnya memang seorang guru.

Pada waktu itu Pontianak yang terletak di muara Sungai Kapuas adalah sebuah daerah perdagangan yang penting dan diperintah oleh Sultan Abdulrachman. Sedangkan bagian hulu dari Sungai Kapuas dikuasai oleh orang Dayak. Kesultanan yang berbatasan dengan Kun Tien adalah Mempawah. Sultan Pontianakmencoba membangun istana agak ke hulu sungai yang dekat dengan perbatasan Kesultanan Mempawah dan hal ini memicu perang antara kedua kesultanan.

Pada perang ini (1794) Sultan Kun Tien dibantu oleh Lan Fang Kongsi karena kedekatan diantara mereka. Sultan Mempawah kalah dalam pertempuran tersebut, dan kemudian bergabung dengan Dayak untuk melakukan serangan balasan. Namun Low Lan Pak kembali mematahkan kekuatan Sultan Mempawah, dan bahkan kali ini Sultan Mempawah didesak terus ke utara sampai Singkawang. Pertempuran ini berakhir dengan perjanjian perdamaian antara Sultan Singkawang dan Sultan Mempawah dengan Low Lan Pak.

Setelah kemenangan ini popularitas Low Lan Pak melesat dramatis, ketika itu ia berusia 57 tahun. Rakyat, dan orang Tionghoa di daerah itu mencari perlindungan pada Lo Fang Pak, dan bahkan Sultan Kun Tien menyadari bahwa dia tidak sanggup melawan kekuatan militer Low Lan Pak, sehingga Sultan sendiri bernaung di bawah perlindungan Low Lan Pak. Presiden Low Lan Pak wafat pada tahun 1795, setelah tinggal di Kalimantan selama lebih dari 20 tahun.
Semasa presiden ke lima Liew Tai Er, Belanda memulai ekspansinya ke Kalimantan dan kemudian menduduki daerah Kalimantan Tenggara. Lan Fang kehilangan otonominya dan menjadi sebuah negara yang dilindungi Belanda. Kemudian Belanda membuka sebuah kantor kolonial di Kun Tien dan menjadi perantara untuk urusan-urusan republik. Pada tahun 1884 Singkawang menolak diperintah oleh Belanda dan akibatnya mereka diserang oleh tentara Belanda. Setelah bertempur selama 4 tahun pasukan yang dibiayai oleh Kongsi Lan Fang akhirnya kalah, dan orang-orang Tionghoa kemudian lari ke Sumatera. Belanda kemudian menguasai Kongsi Lan Fang.

Lo Fong Pak meninggal pada tahun 1795, tahun kedua dideklarasikannya republik tersebut (1793). Ia telah hidup di Kalimantan lebih dari 20 tahun. Pada usia ke 47 berdirinya republik tersebut, yaitu pada masa pemerintahan presiden kelima, Liu Tai Er (Hakka: Liu Thoi Nyi), Belanda mulai aktif melakukan ekspansi di Indonesia dan menduduki wilayah tenggara Kalimantan. Liu Tai Er terbujuk oleh Belanda di Batavia (kini Jakarta) untuk menandatangani suatu pakta non-agresi timbal-balik. Penandatanganan pakta tersebut praktis berarti menyerahkan rezim Lan Fong ke dalam kekuasaan Belanda. Munculnya pemberontakan penduduk asli semakin melemahkan pemerintahan Lan Fong. Lan Fong kehilangan otonomi dan menjadi sebuah daerah protektorat Belanda. Belanda membuka perwakilan kolonialnya di Pontianak dan mencampuri urusan republik tersebut. Pada tahun 1884 Singkawang menolak diperintah oleh Belanda, sehingga diserang oleh Belanda. Belanda berhasil menduduki Lan Fong Kongsi, namun kongsi tersebut mengadakan perlawanan selama 4 tahun, tetapi akhirnya dikalahkan, menyusul kematian Liu Asheng (Hakka: Liu A Sin), presidennya yang terakhir. Warganya mengungsi ke Sumatera. Karena takut mendapat reaksi keras dari pemerintahan Qing, Belanda tidak pernah mendeklarasikan Lan Fong sebagai koloninya dan memperbolehkan seorang keturunan mereka menjadi pemimpin.

Riwayat Kepemimpinan Lan Fang Republic :
1. Lo Fongpak 1777-1795 Pendirian Langfong Kungsi di Mandor pada tahun 1777.
2. Kong Meupak 1795-1799 Perang dengan Panembahan Mempawah.
3. Jak Sipak 1799-1803 Konflik dengan orang Dayak dari Landak.
4. Kong Meupak 1803-1811
5. Sung Chiappak 1811-1823 Ekspansi tambang di Landak.
6. Liu Thoinyi 1823-1837 Sudah di bawah pengaruh kolonial Belanda.
7. Ku Liukpak 1837-1842 Konflik dengan Panembahan Landak dan kemerosotan kongsi.
8. Chia Kuifong 1842-1843
9. Yap Thinfui 1843-1845
10. Liu Konsin 1845-1848 Pertempuran dengan orang Dayak Landak.
11. Liu Asin 1848-1876 Ekspansi tambang ke kawasan Landak.
12. Liu Liongkon 1876-1880
13. Liu Asin 1880-1884 Kejatuhan Lanfong Kungsi pada tahun 1884.


Karena takut terhadap reaksi keras dari pemerintah Ching di Cina, Belanda tidak mau menyatakan bahwa mereka telah menduduki Lan Fang dan bahkan masih mengizinkan salah satu ahli warisnya menjadi tokoh setempat. Hal itu berlangsung sampai tahun 1912 sampai terbentuk Republik Cina di bawah Dr. Sun Yatsen. Baru setelah itu Belanda berani secara resmi menyatakan kekuasaan pemerintahannya di Kalimantan.

Mereka yang lari ke Sumatera berkumpul kembali di Medan, dan kemudian dari sana beberapa orang menyeberang ke Kuala Lumpur dan Singapura. Salah satu keturunan pelarian dari Kalimantan tersebut adalah Lee Kuan Yew, yang kemudian menjadi Perdana Menteri di Singapura. Orang Hakka yang mendirikan perusahaan Lan Fang kedua di Singapura adalah kelompok minoritas, namun mereka memainkan peran penting di Singapura.

Selain Lee Kuan Yew, orang-orang Hakka yang terkenal antara lain adalah Dr Sun Yatsen, pendiri Republik Cina, Mao Zedong, Deng Xiaoping, Ne Win (Diktator di Myanmar, dahulu Birma), Li Peng (mantan Perdana Menteri Cina) dan Lee Tenghui (mantan Presiden Taiwan). Ada suatu keunikan, ketika tiga orang keturunan Hakka menjadi pemimpin di tiga negara pada waktu yang bersamaan, yaitu Deng Xiaoping berkuasa di RRC, Lee Tenghui menjadi Presiden Taiwan dan Lee Kuan Yew menjadi Perdana Menteri di Singapura.

TOMMY WINATA PENGUSAHA HEBAT ASAL KALIMANTAN BARAT


TOMMY WINATA (lahir dengan nama Oe Suat Hong di Pontianak, Kalimantan Barat, 23 Juli 1958; umur 52 tahun), atau sering dikenal dengan inisial TW, adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang merupakan pemilik Grup Artha Graha layak tercatat dalam Guinness Book of Records. Dialah pengusaha yang berhasil membeli sebuah bank dengan harga termurah di dunia. Bayangkan, Tommy membeli saham Bank Artha Prima (BAP) hanya dengan Rp 1 per lembarnya. Total uang yang harus dikeluarkan dari koceknya cuma Rp 35 ribu. Namun, keajaiban belum selesai. Tommy juga mendapat fasilitas kredit lunak Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 1,2 triliun untuk membenahi bank itu-kemudian berubah nama menjadi Bank Artha Pratama.

Ingin dengar ceritanya? Pada Tahun 1995, PT Gunung Agung punya utang besar yang tak dapat dibayarnya. Perusahaan itu lalu menjual BAP miliknya kepada PT Jagata Primabumi, yang dipimpin oleh Hedijanto, bendahara Yayasan Dharmais, salah satu yayasan Soeharto. Belakangan, diketahui pula bahwa di balik Hedijanto ada nama Kim Johannes-pengusaha asal Medan yang pernah berkongsi dengan Nyonya Tien Soeharto dan Bambang Trihatmodjo.

Dalam kesepakatan, Hedijanto tak perlu membayar Gunung Agung. Dia cukup melunasi utang Gunung Agung ke pihak ketiga. Sial, utang yang dialihkan itu sama sekali tidak dibayar, malah Hedijanto menerbitkan promes (surat pengakuan utang jangka pendek) atas nama BAP senilai Rp 324,2 miliar. Ketika surat berharga itu jatuh tempo dan pihak bank tidak mampu membayar, Hedijanto menyerahkan BAP yang kian babak-belur ke Bank Indonesia, 15 Oktober 1995.

Begitulah kelakuan para pengusaha Indonesia: memerkosa bank habis-habisan, lalu meminta BI (negara dan rakyat) untuk menanggung risikonya.

Pada awal 1997, BI menawarkan BAP kepada Tommy Winata, yang kemudian menerimanya. Menurut Tommy, BAP ini sudah pernah ditawarkan ke Bank Artha Graha miliknya pada 1995, tapi dia mengaku tak tertarik kala itu. Kenapa kali ini dia tertarik?

Dari sisi bisnis sangat mudah dipahami: Tommy hampir tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Hanya sekadar formalitas, dia harus membeli saham BAP senilai Rp 1 rupiah saja. Dan apa imbalan untuk Tommy? Sejumlah media menulis bahwa dalam kesepakatan dengan Hendrobudijanto, direktur pengawasan BI kala itu, Tommy memperoleh kemudahan berupa kredit sebesar Rp 1,2 triliun.

Pinjaman BI itu terhitung sangat lunak: grace period-nya 15 tahun, dengan rentang waktu pembayaran 10 tahun, dan bunganya benar-benar aduhai, yakni 6 persen. Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kala itu sekitar 13-14 persen, sementara bunga deposito 18 persen. Tak aneh jika Tommy, seperti dia akui sendiri, "mendapat income lumayan" yang "keuntungannya kita gunakan untuk memperbaiki BAP."

Dalam wawancara dengan TEMPO, Tommy mengaku bahwa uang yang benar-benar dia terima hanyalah Rp 530 miliar, yakni fasilitas BI untuk menyehatkan bank yang terpuruk itu. Uang selebihnya, yakni Rp 670 miliar, menurut Tommy, sudah dicairkan oleh pemilik lama.

Namun, bahkan jikapun cerita Tommy ini benar, dia tetap tidak akan menanggung kerugian BI, baik Rp 670 miliar yang dipakai direksi BAP lama maupun promes buatan PT Jagata Primabumi. Pada Juni 1997, Kepolisian Daerah Metro Jaya menahan tujuh mantan direksi dan pemegang saham BAP dari kelompok Gunung Agung. Mereka mengaku diteror secara mental dan dipaksa menandatangani kesepakatan untuk kembali menanggung utang Gunung Agung plus promes yang dikeluarkan Hedijanto.

"Kami benar-benar tak berdaya. Sebab, siapa tidak tahu hubungan antara Hedijanto dan Presiden Soeharto waktu itu?" kata Tanto Sudiro, Direktur Utama Gunung Agung. Mereka juga diancam agar tidak mempersoalkan komitmen tersebut di kemudian hari.

Tanto menuduh Tommy berada di balik semua itu. "Kawan-kawan kami ditangkap setelah Tommy berbicara dengan Kapolda," kata Tanto. Kini, untuk semua perlakuan itu, Gunung Agung menggugat Tommy Rp 1,7 triliun, yang sidang pertamanya digelar awal Mei 1999 lalu.
Tommy membantah tudingan Tanto. Dia bahkan merasa berjasa telah membantu BI menyelamatkan sebuah bank yang kolaps. Setelah diambil alih Kelompok Artha Graha, kata dia, BAP kini menjadi bank yang sehat. "Sekitar 10 persen dari kredit macet BAP bisa kembali lancar. Bahkan, pinjaman BI untuk penyembuhan BAP masih disimpan dalam bentuk SBI," katanya.

Logis saja. Tommy bisa melakukan hal itu berkat fasilitas yang demikian "dermawan" tanpa harus menanggung kerugian BI-kerugian rakyat Indonesia.
PERTANYAAN YANG TIDAK MUNGKIN BISA DIJAWAB

PERTANYAAN YANG TIDAK MUNGKIN BISA DIJAWAB

Bukanya mau membodoh-bodohkan Indonesia, Namun nyatanya memang pertanyaan ini sulit sekali dicari jawabanya oleh orang Indonesia. Pertanyaanya simpel. Tapi saya yakin, anda akan menghabiskan waktu lebih dari 10 menit hanya untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini. Bahkan saya sendiri pun hingga saat ini belum bisa menemukan jawaban dari pertanyan ini.

http://7wolu.blogspot.com/

Bagi anda yang bisa menjawab , mohon dibantu...
Maju-----> Ke Depan
Mundur--> Ke Belakang
Naik------> Ke Atas
Turun----> Ke Bawah
Belok-----> Ke Samping
Masuk----> Ke Dalam
Keluar----> (..............)


Itulah pertanyan saya. Silahkan Isi Titik-titik di atas dengan jawaban yang sesuai (Kalo bisa)

MUNGKINKAH SEJUMLAH WILAYAH AKAN MERDEKA DARI INDONESIA ?



Beberapa memprediksikan kalau seandainya berlaku perang antara Malaysia dengan Indonesia, maka yang sangat rugi itu adalah Indonesia. Sejumlah wilayah Indonesia yang memiliki dendam lama dengan pemerintah pusat karena pelanggaran HAM, ketidak adilan, ketidak profesionalismean dan sebagainya akan memanfaatkan situasi ini untuk memerdekakan diri serta keluar dari NKRI atau setidaknya menggabungkan diri atau membuat perjanjian kerjasama ekonomi dan militer dengan negara Singapura atau Malaysia. B
iarlah kita dikatakan berafiliasi dengan Inggris, karena memang terbukti bahwa Inggris memang ingin semua manusia jadi makmur dan bahagia.

Negara-negara yang terbentuk setelah kemerdekaan saat ini seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura tidak menunjukkan teritori dan kekuasaan raja-raja melayu Islam silam. Kerajaan Aceh Darussalam (1607-1936) dengan rajanya yang terkenal Iskandar Muda wilayah kekuasaannya meliputi Aceh, Deli, Johor, Bintan, Selangor, Kedah, Pahang sampai ke Semenanjung Malaka. Sebuah kerajaan Melayu Riau Lingga (Abad ke 19) wilayah kekuasaannya meliputi Deli, Johor, dan Pahang. Setelah merdeka bangsa Melayu dipisahkan menjadi warga negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Selatan Thailand. Apa yang pasti, dalam istilah ilmu tidak mengenal adanya bangsa Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Selatan Thailand. Karena bangsa bermaksud race. Istilah bangsa Brunei, Thailand, Malaysia dan sebagainya adalah istilah politik saja, yang benar adalah warganegara atau rakyat.

Parameswara raja Malaka yang pertama adalah berasal dari Palembang. Kerajaan Aceh Darus Salam memiliki hubungan yang sangat erat dengan Kerajaan pahang, Malaka dan Johor. Keluarga Diraja Negeri Sembilan yaitu Yang Dipertuan Agung Malaysia yang pertama, yang sampai sekarang menjadi lambang mata uang Malaysia berasal dari Minangkabau. Kerajaan Johor Memiliki hubungan kekeluargaan yang rapat dengan Kerajaan Riau Lingga. Para Menteri dan pejabat tinggi lainnnya di Malaysia banyak yang memiliki darah Rao, Aceh, Riau, Minangkabau, Palembang, Jambi, kerinci.

Kalau beberapa wilayah ini bersatu menghancurkan istana negara, gedung dpr/mpr, markaz besar TNI/Polri di Jakarta, maka secara otomatis negara Indonesia akan bubar dengan sendirinya. Ide-ide lama membentuk Kalimantan Merdeka, Sumatera Merdeka (Andalas),Sulawesi merdeka dll. akan memanfaatkan situasi ini untuk merealisasikan impian mereka. Para prajurit yang berasal dari daerah ini tidak mungkin akan menghancurkan kampung mereka sendiri.

Membiarkan Jawa menjadi sebuah negara merdeka dengan Surabaya sebagai ibu kota negaranya dan SBY sebagai Presiden seumur hidup atau menjadi sebuah kerajaan dengan Sultan Jogja menjadi pemerintahan yang tersendiri, terserahlah pada mereka .

Isu sejumlah wilayah mau keluar dari Indonesia sebenarnya bukan cerita baru dalam sejarah Indonesia. Gerakan Kalimantan Merdeka , Riau merdeka, Gerakan Aceh Merdeka dan sebagainya masih tersimpan dalam catatan sejarah yang soheh. Menurut Anhar Gonggong dan Arbi Sanit, hampir separo daerah di Indonesia menuntut kemerdekaan saat ini.







1. Kekayaan Alam
Mereka memiliki kekayaan yang melimpah, tetapi kekayaan itu tidak dirasakan sama sekali oleh rakyatnya. Kemiskinan, buta huruf, pengangguran, bertambah, sementara pembangunan infrastruktur hampir tidak terlihat. Mereka hanya mendapatkan resiko saja seperti kerusakan alam, global warming, bencana alam dan sebagainya. Ini terutama berlaku di Aceh, Riau, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera secara keseluruhan.

2. Dendam lama
Peristiwa APRA, Andi Aziz, Darul Islam, PRRI, Permesta di orde lama. Beberapa bekas daerah operasi militer (DOM), kezaliman dan penindasan hak-hak asasi mereka dibidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pembangunan di zaman orde baru. Pembantaian di Psantren Tengku Bantaqiyah, peristiwa KKA, DOM, Pemberhentian Jedah Kemanusiaan & kekerasan di Aceh, peristiwa Ummi Makasar, peristiwa Balukumba di Sulawesi di era reformasi dan sebagainya.

3. Muak
Dengan berbagai macam skandal perampokan uang rakyat yang semakin hari semakin menjadi-jadi dan tidak menemukan jalan penyelesaian. Seperti lingkaran setan yang tidak diketahui kapan bermula dan bila akan berakhir segala penyalahgunaan kuasa di negara ini. Skandal BLBI, Century, Rekening Gendut Polisi, Brunei Gate, Bulog Gate, Mafia pajak dan berbagai penyalahgunaan kuasa lainnya.

4. Bosan
Dengan tidak dirasakannya fungsi pemerintah oleh rakyat, sehingga keberadaan dengan ketiadaan pemerintah sama saja atau malah memperburuk keadaan saja. Ketidak pastian hukum dinegara ini seperti kasus Ibu Prita, Antasari, Susno Duadji, Sri Mulyani, kasus koruptor dan sebagainya.

5. Capek
Selalu menderita akibat ulah dan perangai pejabat negara yang bertindak seperti keparat yang menjajah, seperti preman yang menindas, seperti gangstar yang menggelisahkan. Public service yang tidak mesra pengunjung, fungsi keberadaan instansi pemerintah yang tidak terasa bahkan menindas rakyat, pembangunan infrastruktur yang lambat melempem dll.
Tentu saja saya tidak mengharapkan semua ini berlaku karena ongkosnya terlalu mahal, apalagi kalau proses kemerdekaan itu memakan masa yang lama. Yang rugi adalah umat Islam juga tentunya. Keadaan akan kacau balau, pendidikan anak-anak akan terganggu, keamanan akan tergugat, kuasa besar akan memanfaatkan keadaan.
Tetapi mungkin juga cita-cita untuk mendapatkan pemerintah yang baik, bersih, profesional, merakyat, kemakmuran, kebahagian, kesenangan hanya akan tercapai melalui jalan ini saja…

Logika sederhana

Bergabung dengan Malaysia atau Singapura, rakyat mereka bisa menikmati layanan kesehatan dari dokter yang ahli dengan peralatan rumah sakit yang canggih, anak-anak mereka akan bisa sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik, murah, rakyatnya bisa menikmati terangnya lampu listrik yang tidak sering mati seperti PLN, dapat minum air bersih PAM, bisa membeli kenderaan.
Bisa makan daging setiap hari, makanan lima sempurna mudah dan murah didapati. Transportasi yang lancar dan berkualitas, publik servis yang ramah, pegawai negara yang merakyat, mesra. ramah dan tidak korupsi, kebersihan yang selalu dijaga, kemakmuran, keamanan dan ketentraman yang selalu ada, kekayaan negara yang dimiliki dan dinikmati secara bersama.

Disaat itu anda akan merasa lucu dan ketawa mendengar lagu Iwan Fals & Ebid G Ade tentang seorang anak yang mengais sampah untuk mencari sisa makanan yang dibuang, tentang orang tua yang terbakar melecur sekujur tubuhnya tetapi tidak dilayani rumah sakit karena tidak memiliki uang, tentang Umar Bakri guru SD yang memakai sepeda tua, tentang jadwal kereta api yang selalu terlambat, tentang pengemis tua dan pencopet muda mati berpelukan karena kelaparan, tentang bantuan keselamatan negara (SAR, Polisi, Pemadam kebakaran) yang datang lambat setelah semua korban meninggal dunia, tentang orang tua yang tidak mampu membeli susu untuk pertumbuhan anaknya menjadi sehat dan pintar, tentang bocah tukang semir dan penjaja koran yang berpacu dengan waktu antara sekolah dengan mencari sesuap nasi, tentang orang tua yang menggendong mayat anaknya ke kampung karena tidak mampu membayar ongkos kenderaan, tentang wakil rakyat yang tidak merakyat, tentang tikus-tikus kantor yang selalu menggerogoti uang rakyat, tentang polisi yang memperkaya diri dengan tawar menawar harga pas tancap gas.

Waktu itu anda mungkin tak akan pernah mendengar lagi tentang rakyatmu yang mati bunuh diri karena kemiskinan, tentang orang miskin yang sanggup menunggu berjam-jam sampai ada yang mati rebutan pembagian zakat Rp 35.000/keluarga, tentang rakyat yang hanya makan nasi dengan garam atau sayur tempe setiap hari, tentang rakyat yang hanya makan daging setahun sekali waktu hari raya haji saja. Karena dana bantuan sosial yang cukup untuk membeli rumah dan kenderaan sudah dimasukkan kedalam rekening mereka setiap bulannya.

Waktu itu anda akan terbiasa mendengar berita tentang aparat negara yang dipenjara dan diberhentikan kerja karena hanya meminta uang sogokan Rp. 1 Juta saja. Tentang PNS yang dipecat karena selalu terlambat masuk kantor. Tentang polisi yang dipecat karena hanya meminta uang damai ditengah jalan. Tentang camat yang dipecat karena tidak pernah tahu keadaan rakyat. Tentang tentara yang dipecat dan menjadi hansip dan satpam karena melanggar undang-undang. Tentang Direktur, menteri, kepala bagian, rektor, manager yang diganti karena gagal memajukan institusinya.

Kala itu jika anda mau mengenang masa lalu atau ingin mensyukuri nikmat Allah SWT. Ajaklah keluargamu berjalan-jalan ke Jawa sebagai seorang turist. Untuk melihat para pengemis dan pengamen di dalam angkutan umum yang padat dan tidak nyaman. Untuk melihat para penjual barangan yang terkesan memaksakan kehendaknya. Untuk melihat anak-anak jalanan dan gelandangan yang berkeliaran ditengah jalan dan tidur diemperan toko. Untuk melihat penempatan kumuh yang tidak layak huni untuk standart manusia yang berakal. Untuk melihat preman-preman di pasar, terminal, bandara, pelabuhan yang menunggu mangsa. Untuk melihat jalan-jalan berlubang dan berliku yang membuat pening kepala. Untuk membuat sebuah negara koboi yang berlaku hukum rimba, dimana siapa yang kuat, berharta dan bertahta dialah sebagai raja. Untuk melihat negara preman dimana kebenaran diukur dengan keuangan, kekuasaan dan kekuatan.


Sumber :
http://politik.kompasiana.com/2011/04/08/sejumlah-wilayah-akan-merdeka/
Back To Top